Posts

Showing posts from February, 2018

"Keterbukaan" Pesantren dan Santri

Kata pesantren mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Mendengar istilah pesantren, mungkin sedikit banyak akan langsung terbayang akan adanya sebuah lingkungan di mana terdapat kumpulan orang-orang bersarung, berpeci atau berhijab yang kesehariannya diisi dengan aktivitas mengaji, serta adanya sebuah kitab berwarna kuning dan dipenuhi dengan huruf arab gundul yang menjadi bacaan mutlak untuk dikaji. Sebagian lagi menganggap bahwa pesantren adalah tempat berkumpulnya orang-orang kuno, cara bergaul mereka dinilai gamang, canggung, wagu, bahkan tidak sedikit yang eskapistik, melarikan diri, menyembunyikan diri, ngumpet di pelosok-pelosok sejarah. Dan jika mau lebih ekstrim lagi ada yang mengatakan pesantren itu kaku, konservatif, bahkan (maaf) tempat bercokolnya gembong teroris.     Baik, kita kesampingkan dulu pernyataan di atas. Terlepas dari semua itu kita harus meyakini bahwa arti keutuhan dari sebuah pesantren hanyalah pribadi masing-masing yang bisa memaknainya, itu se

Berkenalan Dengan Sastra

Oleh: Ulin Nihayatil Qudsiyah* Jika dunia adalah kata,maka semesta adalah bahasa.     Sastra dalam perkembangan sejarah dunia selalu memiliki tempat khusus yang selalu menarik untuk terus dikaji dan dikritisi, terlepas dari pandangan relatif besar kecilnya nilai kontribusi sastra dalam membangun otoritas sebuah negara. Asumsi tersebut mungkin muncul dikarenakan pasang surut retorika sastra sendiri, hubungan sastra dalam merekontruksi kepekaan jiwa dan daya kritis dinilai kurang konsisten, tidak ajeg¸dog dog ser, tidak ada kejelasan dan bangun ruang yang paten sehingga muncul sikap eksklusif yang menyatakan “Walau tanpa sastra, Indonesia tetap berlangsung hidup, terus bergerak tiada berubah keadaan”     Jika anda tahu, sebenarnya negara maju pasti ditandai dengan pesatnya kemajuan sastra dan tingginya apresiasi masyarakat terhadap karya sastra, setiap bangsa pasti memiliki sastra yang menjadi kebanggaannya sebagai satu prestasi peradabannya. Mari kita tengok sejenak bangsa terdahulu

Cerpen#1: Kiai Klepon

Oleh: Ulin Nihayatil Qudsiyah*     “Kriet.. Kriet..” Suara sepeda pancal membelah hiruk pikuk debu keramaian kota Surabaya, kota pahlawan saksi bisu tempat kemerdekaan dipertaruhkan dan perjuangan melawan koloni hingga titik darah penghabisan. Kini, wajah Surabaya tak ubahnya kota besar metropolitan yang menjulang megah dengan gedung-gedung pencakar langit dan ribuan lalu lalang kendaraan berbagai macam. Pemandangan sepeda pancal di tengah menterengnya Alphard atau sekedar kinclongnya lamborghini memang terlihat ironis, tak ubahnya langit dan bumi yang dipaksa menyatu sehingga pemandangan seperti itu cukup membuat seseorang yang melihatnya terlipat-lipat keningnya.     Beberapa kali aku sering melihatnya berseliweran di jalan Wonokromo atau stasiun Gubeng setiap harinya, menawarkan jualan sederhananya, klepon. Jajanan kenyal nan enak itu memang cukup dipandang miring oleh penduduk kota yang mind set nya sudah disetel ala-ala orang eropa. Tak berselera jika bau bau namanya bukan dari

Aku dan Para Pohon

Kenapa jika melihat pepohonan hati kita menjadi tenang dan damai. Karena pepohonan identik dengan warna hijau. Dan warna hijau adalah salah satu bocoran warna surga, subhanallah. Tapi, kalau sudah melihat realita bahwa saat ini pohon semakin sering ditebang membuat miris. Fungsi pohon bukan hanya sebatas penyegar pemandangan, namun juga sebagai penyeimbang hukum alam. Di mana akar pohon menyerap air dan bisa mencegah terjadinya banjir maupun longsor. Kalau sudah terlanjur terjadi banjir maupun longsor maunya menyalahkan pemerintah, sedangkan kita pura-pura lupa bahwa penyebabnya mungkin ulah dari tangan kita sendiri. Banyak dari kita yang kurang menyadari betapa pentingnya melestarikan kekayaan alam. Suka seenaknya dan tidak peduli akan masa depan. Kita harus berhati-hati, karena tanpa kita sadari ekosistem akan rusak dan yang rugi kita dan anak cucu kita. Padahal jelas, ya . Di Al-Quran Allah SWT mewahyukan bahwasanya kita dilarang meninggalkan generasi yang lemah. وَلْيَخْشَ الَّ

Lama Tidak Posting

Image
Assalamualaikum.. Lama banget hiatusnya.. 😥 Sampai blognya seperti sarang laba-laba (baca: suwung) Bismillah, Alhamdulillah.. Jadi, memang takdir hidup seseorang memang tidak bisa ditebak. Semua sudah diatur sedemikian rupa di lauh mahfudz. Kita sebagai manusia hanya mampu berencana. Ya, sebatas merencanakan saja yang hanya kita bisa. Selebihnya, wallahu a'lam. Siapa yang menyangka kalau selama tidak aktif di Blog saya banyak menghadapi situasi yang lebih bisa membuat diri saya jauh lebih bisa berpikir yang lebih dewasa. Alhamdulillah.. InsyaAllah setelah ini, saya niatkan bisa aktif di Blog dan menebar kemanfaatan. Meskipun itu sedikit . .فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره . ومن يعمل مثقال ذرة شرا يره